Harimau masuk kampung, Harimau menerkam penduduk, Harimau diburu karena meresahkan masyarakat, itu adalah kepala berita yang sering kita baca tentang harimau. opini yang kemudian terbangun kemudian adalah menganggap Harimau sebagai musuh masyarakat dan “hama”. Solusi yang kemudian dikemukakan banyak orang adalah Harimau harus di “kerangkeng” atau kemudian dipindahkan ke “kebun binatang”.
Pernahkan kita berpikir kenapa Harimau “mengamuk” yang kemudian dianggap meresahkan masyarakat. Rumah mereka telah dirusak, Harimau kita telah dipaksa untuk hidup berdesakan pada ruang sempit. Hutan adalah rumah Harimau, Hutan adalah sumber makanan untuk Harimau. Ketika rumah (hutan) harimau semakin sedikit artinya sumber makanan buat Harimau juga menjadi sangat terbatas. Jadi seharusnya kita jangan menyalahkan Harimau kalau mereka “mengamuk”, yang harus disalahkan adalah orang atau perusahaan yang merusak rumah harimau dan juga orang yang mengijinkan rumah harimau di rusak.
Sebelumnya kita pernah mendengar Harimau Jawa dan lainnya tapi saat ini Harimau Jawa diindikasikan telah punah, sisa harimau di Indonesia lebih banyak di temukan di Pulau Sumatera, yang lebih sering kita kenal kenal dengan harimau sumetara. Sumatera adalah pertahanan terakhir Harimau kita - rumah terakhir bagi binatang yang memegang gelar sebagai Raja Hutan ini. Merusak rumah harimau berarti merusak keseimbangan ekosistem dimana kita (manusia) ada di dalam rantai ekosistem tersebut. ketika rumah harimau dirusak tentu kita juga akan terganggu sehingga sudah seharusnya kita bertanggung jawab dan akan menanggu akibat dari rusaknya keseimbangan itu.
Harimau sumatera sudah di ambang kepunahan, ini artinya hutan kita juga sudah diambang kepunahan. saat ini diperkirakan, paling tidak tersisa hanya 400 ekor harimau sumatera saja di alam liar, sekitar 30 ekor diperkirakan berada dikawasan bukit tigapuluh dan sisanya terbagi diberbagai kawasan di pulau sumatera.
Ironisnya, Kawasan Bukit Tigapuluh, saat ini masih terus dihancurkan untuk mengembangkan perkebunan akasia. Lembaga lingkungan WWF beberapa waktu merilis gambar-gambar yang menunjukkan keberadaan harimau dan anaknya dikawasan tersebut. Penghancuran kawasan bukit tigapuluh adalah salah satu contoh nyata penghancuran rumah harimau yang terus berlangsung sampai saat ini. Asia Pulp and Paper adalah salah satu penghancurnya, tidak hanya APP, perusahaan lain yang juga ikut menghancurkan rumah harimau adalah Riau Andalan Pulp and Paper
Menyelamatkan hutan tersisa di sumatera artinya kita menyelamatkan rumah harimau yang juga artinya mendukung komitmen presiden SBY untuk menyelamatkan hutan Indonesia.
Bantu Harimau menyelamatkan Rumahnya, bantu harimau melawan perusak rumah harimau yang juga jelas-jelas meremehkan komitmen presiden SBY untuk melestarikan hutan Indonesia.
Jadilah Harimau!
Sumber :
GreenPeace